lahir pada hari sabtu malam menjelang pergantian hari membentuk karakter yang sedikit penakut, tepatnya jam 23.30 pada tanggal 18 februari tahun 1985 seorang bayi kecil lahir dengan nama Andri Pebriana. kedua mata sang bunda (nendah) berlinangan air mata, menahan rasa sakit yang amat sangat_menurut keterangan melahirkan itu bagaikan sekarat_tapi semua menjadi air mata kebahagiaan karena apa yang diharapkan mempunyai anak laki-laki terkabulkan, air mata yang menetes menjadi butir-butir do'a semoga anaknya menjadi orang sukses. tak lupa, disana ada sesosok manusia yang tegap, mata tajam, tangan berotot dan kasar, dialah sang ayah (Djuli), menemani kebahagiaan malam itu, membisikan kalimat Allohuakbar, gema adzan menusuk telingaku dimalam yang begitu dingin oleh hembusan angin yang menyiurkan kepekatan. Aku terlahir sebagai anak terakhir dari 3 bersodara, satu-satunya lelaki diantara 2 bersodara perempuan, menjadi pangeran diantara mereka mewujudkan karakter manja.
aku terlahir dibulan yang romantis penuh kasih sayang februari kemayu, dengan zodial aquarius akhir, seperti air yang mengalir menuruti kata hati.
aku dibawa kerumah di Ciroyom Bandung, tempat yang padat, rumah saling berdempetan, masyarakat yang berlalu-lalang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, namun masih nyaman untuk anak-anak bermain. lembaran demi lembaran kalender terus dibuka tidak terlepas dari kehidupan masa kecil yang begitu membahagiakan, bermain, berujan-ujanan,jajan,lari,sepakbola,layang-layang,sepeda, selalu menghiasi hari-hariku.
aku tinggal dengan ayah,ibu,teteh,nenek,kakek,bibi,paman,keponakan,semua tinggal serumah,tembok dan lantai yang memisahkan keluarga besar kami. begitu harmonis semuanya.
ibuku seorang pekerja pabrik disalah satu pabrik tekstil terkemuka di bandung, namun semenjak aku lahir, dia berhenti untuk bekerja, ayahku seorang karyawan pengiriman surat dan paket_sekarang PT.POS Indonesia_dia tidak lelah untuk terus mengantarkan kiriman orang-orang, baik hujan ataupun panas, aku bangga pada dia, semangat tiada henti untuk mengayuh sepeda, he is my hero, supaya kami bisa bertahan, alhamdulillah sekarang itu sudah pake motor dan mobil. ada hal yang mengelitik pada kebiasaan kami berdua waktu aku kecil, yaitu, aku selalu minta digendong ayahku waktu dia akan berangkat bekerja dari rumah sampai jalan naik angkot, kebiasaan itu selalu kami lakukan tiap hari ketika semua orang baru bangun atau beres-beres rumah(05.30) ditemani ibuku. kakak perempuanku yang paling besar sekolah di SMA PAsundan Bandung dan KAkak perempuanku yang kedua sekolah SD Jatayu Bandung(sekarang mereka sudah nikah). aku sendiri belum sekolah karena masih kecil (4 tahun).
sampailah pada satu perubahan yang signifikan, hijrah kecil-kecilan terjadi dalam keluarg, hijrah fisik, domisili tempat tinggal, rumah yang penuh kengangan masa kanak-kanak harus kami dan aku tinggalkan. tepatnya tahun 1992 memasuki ajaran baru sekolah, sekeluarga pindah ke Garut nan asing dan dingin buat kami, lebih tepatnya kami tinggal di kampung Panawuan yang terkenal dengan beras nya. hari-hari pertama menjadi sebuah adaptasi yang tidak mudah, dengan kultur, cuaca dan psikologis. itu harus secepatnya kami lewati, untuk tetap bertahan ditengah keterasingan. padahal kondisi keluarga tempat tinggal tidak jauh beda dengan sebelumnya, kalau di bandung kita berkumpul dengan kakek dan nenek dari ibu tapi sekarang kakek dan nenek dari ayah, dan menurut aku dalam kehidupan keluarga di Sunda, bahwa kedekatan family dari Ibu itu lebih dekat dibanding keluarga dari pihak ayah. walupun begitu, aku harus bertahan dan menerima semua yang ada.
masa kecilku setelah masuk sekolah dasar di SD Sukajaya 4 tarogong kidul menjadi sebuah kejayaan dalam hidup ini, teman banyak, prestasi bagus, rizki alhamdulillah, tidak akan pernah terlupakan. begitupun ketika masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi lagi, tahun 1998 bertepatan dengan goncangnya dunia perpolitikan di Indonesia, tumbangnya rezim orde baru, aku masuk SMP 4 tarogong yang beralamat di jalan Rumah Sakit. disana kejayaan hidup itu terus bergulir. prestasi ok, teman Ok, rizki juga Oke...
selesai SMP, aku melanjutkan ke SMU Negerai 3 tarogong kidul Garut. disana adalah awal kehancuran kejayaanku yang selama 9 tahun aku bangun. prestasi nol, teman nol, rizki alhamdulillah...kehancuran prestasi berimbah kesemua bidanh kehidupanku, mengenal yang tidak seharusnya dicoba,
mencoba yang tidak seharusnya dilakukan,
melakukan apa yang akan membuat hancur hidup ini
Alhamdulillah Lulus SMA tahun 2004, dilanjutkan ke sekolah lebih tinggi lagi di STKIP garut dan akhirnya lulus dengan IPK cukup tahun 2008 dan kerja pada tahun 2009, sampai saat ini masih beradaptasi di dunia kerja yang menurut aku ini masih menjadi pertimbangan untuk masa depan.
0 komentar:
Posting Komentar